GOWA,GTN.COM – Kasus pembuatan dan peredaran uang palsu yang menghebohkan Sulawesi Selatan (Sulsel), menyeret nama besar pengusaha sekaligus politikus, Annar Salahuddin Sampetoding (ASS).
Annar diduga menjadi dalang di balik sindikat uang palsu yang beroperasi di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
Kapolda Sulsel, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono, mengungkapkan bahwa Annar Salahuddin Sampetoding memiliki peran sentral sebagai penyokong dana untuk pembelian bahan baku uang palsu.
Bahan baku tersebut, termasuk kertas konstruk dan tinta, dibeli dari importir dan pasar daring.
“Bahan baku ini didapatkan melalui importir bernama Reza,” ujar Kapolda Sulsel, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono, Kamis (19/12/2024).
Penggerebekan terhadap rumah Annar Sampetoding pada awal Desember 2024 mengungkap banyak fakta mengejutkan.
Polisi menemukan mesin cetak uang palsu yang sebelumnya dipindahkan ke kampus UIN Alauddin Makassar tanpa sepengetahuan pihak kampus.
Mesin tersebut diletakkan di ruang tersembunyi di gedung perpustakaan.
Annar Sampetoding yang sebelumnya dikenal sebagai politisi Partai Keadilan Sejahtera dan pengusaha ternama Sulawesi Selatan, kini masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).
Dugaan keterlibatan Annar semakin mencengangkan setelah ditemukan proposal pendanaan Pilkada Barru yang memuat namanya sebagai salah satu inisiator.
Skandal ini juga menyeret nama Andi Ibrahim, Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, yang diduga membantu menyembunyikan mesin cetak uang palsu di kampus.
Polisi menyatakan bahwa sindikat ini telah beroperasi secara terstruktur sejak 2010, dengan bahan baku dan mesin cetak dipesan langsung dari China senilai Rp600 juta.
Hingga kini, Annar Sampetoding belum memberikan klarifikasi terkait tuduhan ini. Polisi terus memburu Annar dan dua tersangka lainnya, sementara 17 pelaku lain telah ditahan.
Kejadian ini menjadi perhatian luas, mengingat uang palsu pecahan Rp100 ribu senilai Rp500 juta telah ditemukan beredar di wilayah Gowa dan Makassar